Dizolimi merupakan perkara yang menyakitkan, sakitnya sampai di hati…sementara tabi’at manusia adalah enggan memaafkan dan ingin melampiaskan dendam terhadap orang yang menyakitinya. Jika ia telah melampiaskannya maka iapun puas dan lega. Akan tetapi syari’at yang indah ini menganjurkan kita untuk memaafkan, meskipun terasa sangat berat.
Diantara hal yang membuat susah untuk memaafkan adalah persangkaan bahwa jika ia memaafkan maka (1) haknya akan hilang dan (2) ia akan jatuh terhina serta (3) akan meninggikan derajat orang yang menzoliminya, ini semua persangkaan secara lahiriah. Akan tetapi kenyataannya tidaklah demikian, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا
“Tidaklah seorang hamba memaafkan kecuali Allah akan menambah kemuliaannya” (HR Muslim no 2588)
Memang Allah tidak melarang untuk membalas kejahatan dan kezoliman dengan balasan setimpal, akan tetapi memaafkan lebih baik. Allah berfirman :
وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim. (QS 42:40)
Pahala orang yang memaafkan atas tanggungan Allah, ini menunjukkan besarnya pahala memaafkan, maka :
– jika anda membalas maka memang ada kepuasan hati, akan tetapi tidak ada manfaatnya sama sekali di akhirat
– kalau keburukan selalu dibalas dengan keburukan, maka kapan akan berakhir?
– pahala minimal memaafkan orang lain adalah diampuni oleh Allah (balasan sesuai amalan), bagaimana lagi dengan pahala yang Allah jamin nanti di akhirat??
Yang lebih hebat adalah bukan hanya memaafkan, akan tetapi bahkan berbuat baik kepada orang yang menyakiti hatimu.
Tentunya jika memaafkan kepada yang jahat saja berat apalagi berbuat baik kepadanya??. Karenanya Allah menyebutkan bahwa hanya orang-orang yang hebat yang mendapatkan keuntungan yang besar yang mampu mengalahkan nafsunya sehingga bisa membalas keburukan dengan kebaikan. Allah berfirman
وَلا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ (٣٤)وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (٣٥)
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar” (QS Fushhilat : 34-45)
Marilah kita sama-sama belajar memaafkan…, memang sakitnya terasa di hati…, akan tetapi surga dan ampunan Allah lebih kita sukai dari pada hanya sekedar melampiaskan kemarahan…
Bersambung …
Kota Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, 17-02-1436 H / 9 Desember 2014 M
Abu Abdil Muhsin Firanda
www.firanda.com